Laman

Selasa, 19 Juni 2012

Untuk pengisi 232 hariku (190612)

Kau tahu mengapa tadi aku mengantupkan lagi bibirku saat kau telah menengok kearahku? Aku...takut aku terluka mendengar jawabmu. Aku takut tergores akibat janjimu. Biar aku tak dengar pernyataan dari lubukmu. Biar semua menggantung terbengkalai dengan senyum disudut garis bibirmu.
Yang terpenting semalam, dibawah rembulan yang menggantung aku ucap aku mencintaimu setulusnya. Aku ucap tiada lagi hati yang patut aku tangisi bahkan saat kau berkilo-kilo jauhnya dengan tempat pijakku. Sudah, cukup dengarkan saja barisan lubukku. Jangan coba menjawab. Jangan sekalipun berani kau menjawabnya. Aku takut jawabannya itu tak pernah sedetikpun kau rasakan seperti yang aku rasakan.
Waz, jangan memupuk janji beribu sampai janji itu bertunas dan berbuah sebelum kau membuktikannya. Waz, jangan bilang kau merasakan apa yang ku rasakan saat fajar tapi petang kau bilang aku teralu baik untukmu. Waz, jangan ajari aku cara mencintamu tapi suatu saat kau ajari aku cara terbaik melupakanmu.