Laman

Senin, 19 Desember 2011

Kau tau?
Kapan aku lebih rapuh dari ujung bulu matamu sekalipun?
Saat aku harus dihadapkan dengan hawa
yang pernah walau sedetik dihatimu.
yang pernah membawamu masuki tamannya
Kau yang pernah penuhi ruangannya tanpa tersisa sejengkalpun tempat bagi yang lain.
dan aku? lalat.
pengganggu tawa riang kalian.
maaf aku buta tentang itu. aku tak sadar kalian bercumbu merayu dan aku datang.
tapi fajarmu kini denganku.
seharusnya kau sadar itu.
jangan lagi saat mengangis kau cari dirinya untuk meminjam bahunya, ada bahuku.
aku mohon.
aku-disini-terlanjur-mencintai-mu-tanpa-dirinya.
Jangan cintai aku.
Aku tak punya apa untuk membalasnya.
Hanya disampingmu saat gerimis kecil.
Dan temani sepimu malam-malam begini.
Aku bisa lakukan yang aku mampu
Aku bisa buatkan sarapan dan makan malammu.
Bisa menyuapi anak-anakmu dengan gandum.
Dan aku bisa memapah jalanmu saat renta nanti.
Itu kalau kita mampu.
Kalau saja kau mau,
denganku.

Sabtu, 17 Desember 2011

lebih rapuh

sore ini, biar saja aku menangis sekali atas namamu.
setelah itu tidak. aku berjanji akan menahan tiap tetes yang mencoba turun.
kau tahu mengapa aku rapuh lebih dari sehelai rambutmu?
aku takut.
takut cintaku tak disana. takut sosoku ternyata tak sekalipun singgah disana.
takut akan waktu yang sebenarnya izinkan aku mendamba seorang yang tak pernah mendambaku.
aku takut kata yang kau ucapkan jelas tak benar adanya.
aku takut setumpuk harapan terus ada didepan pintumu,
tanpa berani tutur sapa hendak memenuhi sedikit ruangannya.
aku takuuut, suatu saat lebih rapuh dari ini. lebih rapuh pula dari sayap bayi kupu-kupu.