ini terlanjur salahmu
bila tarikan kenanganmu membuatku lupa akan dunia baruku
bahkan aku merindukanmu saat aku lupa raut wajahmu
dan aku tetap mendamba meski masa menghapus tiap detik bersamamu, dulu
sakit ini terlanjur merebah diatas namamu
saat aku terpaksa harus hidup dengan kilat senyummu
dan aku habiskan malam untuk berdoa kembalimu
aku bersembunyi ditumpukan arang yang siap dibakar dengan spirtus
aku mengais, mengiba agar rasa itu terbang bersama serpihan arang yang memutih
aku pura-pura melupamu, meniadakan hadirmu
aku menyadari,
semakin aku melakukannya, yang ada malah besarnya damba kembalimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar